Birthday trip kali ini diawali dengan drama! Setelah perpanjang passport, tanpa pikir panjang saya
langsung membeli tiket pesawat ke Phnom Penh, Kamboja, dengan harga 350K dari
maskapai yang senang berpantun, sudah termasuk bagasi 10 kg pula. Kalau tak salah, itu merupakan rute baru
mereka sehingga harganya tergolong murah. Betapa beruntungnya saya saat itu.
“Tiket pulangnya mana?”,
kata petugas imigrasi Indonesia.
“Ini” sambil saya
meyerahkan tiket balik dari Vietnam ke Malaysia.
“Balik Indonesia nya?”
dengan nada yang mulai tegas, bapak Imigrasi membalas.
“Saya niat untuk lanjut ke beberapa
daerah lagi sih, Pak”, saya mencoba jawab dengan senyum, meskipun
terpaksa dan mulai berfirasat buruk.
“Oh tidak bisa nih, harus ada ke
Indonesia”, sahutnya tanpa pikir panjang, dengan gaya kaki
goyang-goyang, dan tengok kanan-kiri yang tak mau melihat akting mata saya yang
mencoba untuk sedih meminta belas kasih. hiks
Saya pikir, saya akan lolos
dengan mudahnya karena sudah berganti e-passport, nyatanya, karena passport masih
polos tanpa cap, ‘mungkin’ saya dicurigai mau kerja di negara tetangga. Saya pun panik, dan untungnya
tidak ada antrian di imigrasi. Tanpa pikir panjang, saya langsung membuka
aplikasi Wego, dan langsung cari penerbangan Malaysia-Jakarta. Ternyata ada
yang murah dong! KLM dengan harga 500K. Saya langsung beli di depan si bapak,
setelah sukses saya kasih unjuk di depan matanya. Dengan agak kesel.
E-Passport saya pun dicap untuk pertama kalinya. Dan yang ngeselin,
dia baru tanya “Ini pertama kalinya ya?”
“Oh, enggak pak, saya baru ganti
paspor”, sebenarnya saya masih gondok, dan males untuk kembali
berbincang.
“Paspor lamanya?”
“Ini, ada” sambil saya
kasih. Dan saya baru sadar! Bodohnya saya
kenapa enggak saya kasih sekalian saja biar dia enggak curiga dan nyangka itu
perjalanan pertama saya. Huft.
Setelah 3 jam lebih di udara, akhirnya saya sampai di Phnom Penh
International Airport. Sekitar jam
setengah 3 sore waktu setempat kalau tak salah ingat. Panas khas Asean
langsung menyapa, saya pun langsung membuka jaket, dan mencari money changer. Jujur, birthday trip kali ini sebenarnya agak dadakan bgt, jadi gada
persiapan detail, kecuali soal SIM Card! Setelah paspor selesai, langsung beli
tiket, dan enggak tau mau ke mana aja di Kamboja, paling ke Siem Reap, dan
itupun masih jauh lagi dari Phnom Penh, haha.
Setelah internet tersambung, saya
langsung mencari destinasi wisata yang menarik di Phnom Penh. Dan seperti biasa, dengan embel-embel ‘yang
wajib dikunjungi’. Karena, sayang aja kalau enggak ke situ karena ini
pertama kalinya saya ke Kamboja. Oh iya,
untungnya imigrasi Cambodia enggak terlalu ribet buat turis Indonesia (saat
saya lewat), liat paspor, cocokin muka, langsung cap. Padahal saya pun lupa
belum pesan penginapan.
Jadi, Mau Ke Mana di Phnom Penh? Naik Apa?
Royal Palace of Cambodia pun
menjadi pilihan saya. Lokasinya enggak terlalu jauh dari bandara kalau lihat di
maps, dan kata beberapa orang di google tempatnya bagus serta ada taman yang chill banget. Jadi, saya ingin
membuktikan.
Meskipun di google dekat, jalan
kaki bukanlah pilihan saya, karena pas keluar bandara saya langsung melihat ada
tuk tuk dengan logo Grab. Dan niatnya sih, Grab Tuk Tuk ini yang bakal saya
pilih untuk keliling kota nantinya. Asiknya
lagi, untuk pemesanan tentunya kan melalui aplikasi Grab, dan di smartphone
kita langsung ada ketika memasuki Kamboja, tinggal pilih saja, dan untuk
pembayaran bisa melalui CC/Jenius. Jadi simple, gak perlu ngeluarin uang
setempat buat transportasi.
Untuk lokasi penjemputannya juga sangat
mudah, sudah ada shelternya di depan bandara dengan nomor kendaraan yang sesuai
dengan yang tertera di aplikasi. Yang
agak ‘PR’ mungkin ketika tatapan sama abangnya, agak bingung mau ngomong apa,
haha.
Jatuh Cinta Sama Royal Palace of Cambodia, Tapi...
Naik tuk tuk kali ini begitu
nyaman dan taat aturan. Enggak seperti
yang saya lihat di film-film gitu, yang ngebut banget trus bikin deg-degan.
Dan sepanjang perjalanan, cukuplah buat mata jajan dikit melihat indahnya Phnom
Penh di sore hari. Seneng deh sama
ambiancenya, ramai tapi enggak semrawut.
Ada sebuah taman bagus banget di
depan Royal Palace, sehingga saya memutuskan untuk bilang “Stop” ke abang tuk tuk nya. Dan ia pun memberikan arahan kepada
saya, “Jika ingin masuk Royal Palace, ke
arah sana” begitulah intinya yang ia bicarakan, sambil menunjuk ke arah
kanan taman.
Saya pun berhenti sejenak, meregangkan
pundak yang agak lelah dengan ransel yang saya bawa sambil melihat sekeliling
dan menghirup udara segar. Banyak warga lokal dan turis yang sedang
santai-santai di atas rerumputan, sambil berfoto-foto, dan ada banyak anak-anak
yang bermain gelembung air, seru sekali melihatnya. Jujur, saya tenggelam di suasana sore! Sampai akhirnya tersadar dan
baru ingat kalau Royal Palace tutup jam 5 sore!
Saya pun langsung bergegas. Dan ternyata
jalan dari taman ke pintu masuk pun memakan waktu. Saya melewati beberapa pintu, tapi ketutup semua, enggak ngerti deh.
Saat sampai di loketnya, saya agak kaget kalau ternyata HTM nya cukup mahal, 40.000
KHR (Riel Kamboja), sekitar 140K, hampir $10
njirrrr, berasa banget uang cash di dompet langsung berkurang, haha.
Saat itu saya tak punya pikiran
untuk menunda berkunjung ke Royal Palace, sehingga saya bayar, dan langsung
masuk. Ternyata sudah sepi banget, wajar
sih karena mau tutup, hal positifnya suasananya menjadi nyaman banget dan
pas buat saya foto-foto. Dan saya pribadi merasa cukup beruntung datang di sore
hari, menurt saya, salah satu keunikan dan keindahan Royal Palace berada di
sisi atas tiap bangunan, sehingga menoleh ke atas adalah hal yang wajib
dilakukan. Bayangkan kalau siang hari
datang ke sini, lelah pasti mata berhadapan dengan sinar matahari.
Sedang enak foto-foto dan
menikmati keindahan Throne Hall atau Balairung Singgasana, tiba-tiba ada
pengumuman, karena menggunakan bahasa
setempat jadi saya enggak terlalu ngerti dan menganggap itu hanya pengumuman
biasa, hingga penguman kembali lagi terdengar dan beberapa orang mulai
menuju pintu keluar, sehingga saya menyimpulkan bahwa itu pengumuman untuk
menunjukan kalau waktu kunjungan Istana Kerajaan hari itu akan berakhir.
Seketika saya merasa boros banget! seperti datang ke Dufan 1 jam
sebelum tutup, padahal lokasi wisatanya luas banget. Selain Throne Hall, ada
juga Bell Tower, Pavillion of Napoleon III dan bangunan keren lainnya. Oh iya,
untuk keterangan lengkap soal luas lokasi, sejarah, hingga detail lainnya bisa
kalian cek di google ya, hehe.
Semua bangunan yang ada di Royal
Palace beneran bangus parah! Apalagi saat sore, sinar matahari pas banget
menyinari atap-atap bangunan, sehingga detail ukiran arsitekturnya terlihat
semakin jelas dan memukau. Saya suka sekali 4 wajah Budha yang ada di atas
bangunan. Serta warna tiap bangunan yang semakin menyala karena didominasi
warna kuning. Kayak emas disinari gitu
deh.
Pokoknya Saya Wajib Balik Lagi!
Bisa dikatakan saya menjadi
bandel karena enggak mau rugi. Saya masih sibuk dengan foto-foto, ganti baju,
hingga mencari spot-spot menarik di dalam Royal Palace. Yang ternyata menarik
perhatian petugas keamanan di sana. Saya disamperin dan dipinta untuk
menyegerakan kegiatan kunjungan. Awalnya
ia berbicara pakai bahasa setempat, bahasa Khmer kalau tak salah namanya,
sampai akhirnya berubah menjadi bahasa Inggris dengan gerakan tangan ketika
saya berkata “What?”. Mungkin ia pikir saya penduduk lokal.
Sambil tertatih, melas, dan masih
enggak mau rugi saya berjalan menuju pintu keluar dengan sangat lambat. Saya pikir Si Bapak Petugas udah pergi,
ternyata ada di belakang saya mengikuti. Seperti saya mau nyolong, haha. Eh
tapi ya, katanya di beberapa bangunan ada yang dihiasi sama emas dan berlian
loh....
Saya masih berjalan lambat, dan
sedikit akting mungut sampah (padahal lokasi udah bersih banget) dan mencari tong sampah, padahal masih tetep nyari
spot foto, hingg akahirnya ketemu satu spot yang bagus! Dan kalian tahu apa
yang saya lakukan? Saya meminta izin kepada si bapak untuk foto, bahkan
menyuruh dia untuk motoin, soalnya saat itu saya lagi solo traveling, hiks. Dan bapaknya mau dong! Meskipun raut mukanya seakan berkata “Sial, udah
lama, nyuruh lagi”.
Habis sudah sabar Si Bapak, ia pun
berjalan agak cepat mendahului saya. Antara
takut dipinta tolong lagi sih mungkin. Dari kejauhan, ternyata ada satu
lagi penjaga keamanan yang sudah siap menutup pintu Royal Palace. Saya bergegas lari karena semakin takut.
Saya pikir pintu yang ditutup
adalah pintu wisata Royal Palace secara keseluruhan, ternyata tidak, setelah
melewati pintu tersebut saya langsung disapa oleh bangunan unik lainnya,
seperti Tample of The Emerald Budha, Silver Pagoda, dan juga ada Model Angkor
Wat mini di depannya. Niatnya mau muter-muter lagi, tapi beneran sepiiiiii banget, malah jadi agak horor saya merasa.....
Dan
karena melihat model mini tersebut, saya berinisiatif untuk melanjutkan
perjalanan ke Siem Reap untuk melihat Angkor Wat! Karena saya pikir udah
jauh-jauh ke Kamboja, sayang ajah kalau enggak ke tempat syuting film Lara
Croft.
Sampai jumpa di cerita selanjutnya! tentang taman dan suasana sore di sekitar Royal Palace yang asik bgt! |
Asyik yaa Ris dari Bandara ke Kota bisa naik Tuk Tuk, lewat aplikasi pula jadi gak takut kena scam.
ReplyDeleteCek tombol reply.
DeleteIya, mempermudah banget! pokonya wajib sih ky ke Kamboja, w aja nagih pengen ke sana lagi.
Deletejadi pengen ke Thailand :)
ReplyDeleteSalah hei! Kamboja ini.... nanti ada juga sih cerita Thailand
DeleteKeren banget kak pengalamannya, saya jadi terinspirasi untuk kesana!
ReplyDeleteYak, terima kasih telah berkunjung
DeleteThe style and architecture of these buildings are so beautiful and incredible. All the work looks very complicated and accurate.
ReplyDeleteVery informative post! There is a lot of information here that can help any business get started with a successful social networking campaign. http://helpful.launchrock.com/
ReplyDelete