Satu hal yang mulai saya pikirkan
adalah masa depan. Meskipun tak sampai 10
menit, pikiran ini langsung gagal fokus dengan hal lain, hehe. “Apa
yang akan saya lakukan di masa depan?”, Itu pertanyaan yang sering banget
muncul, dan selalu disambut dengan jawaban, “Traveling”.
Salah? Tentu tidak, semua orang punya tujuan hidupnya sendiri, yang membuat
hidup menjadi layak untuk dijalani dan diperjuangankan.
Cara seseorang mencapai tujuannya
juga berbeda. Banyak caranya. Yang paling
standar sih kerja, dan banyak juga jenisnya, panjang dan enggak selesai-selesai
kalau saya tuliskan. Yang enggak
standar? Bisa ikutan kuis-kuis mungkin, kali aja menang, terus dapat
hadiah/barang yang diingankan. Sering-sering berdoa dan berusaha intinya,
ingat rezeki enggak ke mana dan sudah ada yang mengatur. Seketika saya menjadi bijak.
Merencanakan keuangan, adalah
salah satu caranya. Bisa dilakukan semua
orang, dan bisa disesuaikan dengan tipe orangnya. Misalnya, merencanakan
keuangan ala pekerja yang punya gaji bulanan pasti berbeda dengan freelancer
yang gajinya tak menentu, tapi perbedaan itu hanya sebatas pada angka yang
ditentukan bukan langkah-langkahnya. Tapi apakah semua orang tahu
langkah-langkah tersebut?
Ayo Mulai Merencanakan Keuangan!
Siang itu, saya semakin mengerti
kalau semua orang bisa merencanakan keuangan. Apapun jenis pekerjaannya, termasuk Ibu Rumah Tangga, yang sejatinya
memang harus pintar mengelola keuangan. Dan saya belajar dari mereka.
Sebagai freelancer, saya juga berusaha mengelola keuangan sendiri untuk bayar
ini-itu, hampir sama lah ya sama IRT, bedanya
soal buat apanya aja, haha. Bersama Prudential Indonesia, 400 perempuan
membuka mata saya akan pentingnya literasi keuangan siang itu. Suasana yang begitu ramai, banyak anak-anak
karena sebagian besar dari mereka adalah Ibu Rumah Tangga.
“Mengapa kita perlu merencanakan
keuangan?”. Ini pertanyaan dasarnya, yang biasanya saya jawab “Kenapa tidak?”. Tapi saat melihat
PRUvolunteers, Volunter Prudential
Indonesia yang merupakan staf perusahaan, dengan semangat mengajari para
perempuan, saya sadar betapa pentingnya mengetahui jawaban pertanyaan tadi. Mengapa kita perlu merencanakan keuangan?
Karena kita semua ingin hidup yang lebih sejahtera di masa depan. Dan
ketika membicarakan masa depan, yang harus kita lakukan pertama kali adalah
memulainya. Merencanakan keuangan
sejatinya sama dengan merencanakan jalan-jalan, harus ada eksekusinya.
Melalui Community Investment Prudential, Program Literasi Keuangan untuk
Perempuan yang saya lihat hari itu merupakan wujud nyata dari salah satu
pilarnya, yaitu Edukasi. Sejak dibuat pada 2009 lalu, program ini sudah
menyentuh 24 kota besar di Indonesia, termasuk Sorong, dan saat ini sudah 27000
orang yang mendapatkan manfaatnya. “Target kami hingga 2022 mencapai 50.000
orang, dan tahun depan kami semakin fokus ke Indonesia bagian timur”,
kata Ibu Nini Sumohandoyo, selaku Corporate Communication & Syariah
Director Prudential Indonesia.
Perusahaan yang sudah ada sejak 1995
ini mengajak para ibu-ibu untuk langsung menerapkannya di lingkungan rumah
tangga. Sebagai awalan, yang harus mereka ketahui adalah soal kebetuhan dasar,
diantaranya pengeluaran wajib, pengeluaran tambahan, pengeluaran darurat, dan
simpanan.
Bagaimana Cara Mengelola Keuangan yang Benar?
Semua harus dilihat dari kondisi kita saat ini. Jangan memaksakan sama dengan orang lain. Langkah pertama adalah
melihat berapa besar pendapatan yang kita miliki, yang kemudian dilanjutkan
dengan menyusun skala prioritas sesuai jangka waktu, dan terakhir eksekusi.
Sudah tahu berapa pendapatan yang masuk ke tabungan tiap bulannya?
Kalau sudah, bisa langsung sisihkan 10% untuk masuk ke tabungan. Kalau bingung, bisa diakali dengan bisa buat
2 tabungan, satu untuk pendapatan dan pengeluaran, satu lagi khusus untuk
tabungan yang diambil saat keadaan darurat saja. Kalau belum tahu
pendapatannya? Apalagi seperti yang freelancer. Kalian bisa buat catatan
mingguan tentang dana-dana yang masuk ke rekening.
Selanjutnya mencatat dan memantau pengeluaran kita secara rutin. Ini yang kadang bikin malas, karena
memerlukan kejelian. Saya rasa kesulitan banyak orang dan ibu-ibu ada di part ini, di mana kadang kita sulit
membedakan mana keinginan dan mana kebutuhan. Dan menurut Pak Horas Tarihoran, “soal kebutuhan dan keinginan ini yang
sebenarnya harus diperhatikan”, karena perencanaan keuangan dimulai dari
kesadaran seseorang untuk mengerti kenapa ia membeli barang. “Di Indonesia, financial inkluisi sudah
mencapai 68%, tapi angka financial literasinya masih 29%, jadi misalkan ada 68
orang yang punya mobil hanya 29 orang yang mengerti dan tahu alasan kenapa
punya mobil”, lanjutnya.
Melalui Community Investment
Prudential, saya melihat kalau masalah literasi keuangan adalah tanggung jawab
bersama, bukan hanya pemerintah saja. Maksudnya
adalah, seluruh perusahaan bisa punya kesempatan untuk membantu mengajarkan
perencanaan keuangan kepada masyarakat, karena meningkatkan pemahaman
literasi keuangan adalah fokus yang sama dari pemerintah, dan Prudential sangat
membantu serta paham dalam hal ini.
So, kalian sudah tahu berapa pendapatan, dan sudah membuat rincian
pengeluaran? Sekarang waktunya eksekusi!
Biasanya perencanaan keuangan ini hanya wacana, karena eksekusinya bablas. Gadis desa ini banyak maunya soalnya. Mungkin aku butuh pelatihan literasi keuangan macam begini nih.
ReplyDeletewahhhhhh, makasih sharenya Aris jadi tau mana-mana uang yang harus dimasukan ke dalam tabungan :)
ReplyDeleteAku udah pake prudential lama banget...alhamdulilah nggak mengecewakan :) Semoga nanti di Tahun 2019 saya juga makin pinter mengelola keuangan. Makasih infonya mba
ReplyDeleteSosialisasi mengenai pentingnya kemampuan mengelola keuangan, terutama bagi perempuan, bagus banget ya kalo dilakukan secara konsisten, biar makin banyak yang melek cara mengelola keuangan, termasuk aku yang masih boros euy
ReplyDelete