Selain Bandung, kota yang satu ini juga sangat tepat untuk
dikunjungi jika kita hanya punya waktu singkat untuk liburan. Sukabumi, kota yang ‘menyumbangkan’ darahnya
ke tubuh saya. Ayah saya urang Sukabumi, dan hampir tiap lebaran saya berkunjung
ke kota ini. Banyak perubahan yang terjadi, dan sudah seharusnya,
seperti akses jalan dan gedung-gedung baru yang menunjukan perkembangan yang
positif. Suasananya juga tak seperti
dulu lagi. Masih dingin sih kalau
pagi, tapi tak lama. Saya kangen masa itu, jam 10 pagi saja masih asik main di
sawah, tak berlindung di balik bayangan.
Alasan klasik orang kota. Orang yang lebih lama tinggal di tempat
ramai dan mulai jenuh tepatnya. Ingin mencari udara segar, menjernihkan
pikiran dan tak ingin berlama-lama di perjalanan. Lebih karena tak punya waktu banyak sih, hehe. Akhirnya saya
memilih dan berkesempatan untuk liburan ke Sukabumi. Kota yang masih punya tempat di ingatan saya.
Dari Jakarta atau Depok tentunya
udah enggak ribet lagi kalau mau ke Sukabumi. Bisa naik kereta , bus atau
travel dan semuanya sudah terfasilitasi dengan sangat nyaman. Dan saya rasa, kota di sekitar Sukabumi juga
sudah mudah aksesnya, banyak bus tujuan Sukabumi. Kalau disuruh pilih, kereta
adalah pilihan utama saya karena keunggulan waktunya. Tapi harus cepat-cepat beli tiketnya agar tak kehabisan.
Tempat Wisata Sekaligus Olahraga di Sukabumi!
Memasuki Sukabumi kita sudah
tidak perlu bingung lagi soal transportasi. Selain
angkot, supirnya, dan penduduk sekitar yang ramah, Sukabumi juga sudah
dimasuki ojek online sehingga kita
mudah kalau mau ke mana-mana. Sebelumnya saya sudah memberikan satu tempat
wajib, tempat pertama yang harus kalian
kunjungi kalau ke Sukabumi, yaitu Museum
Kipahare. Di sini kalian bisa belajar tentang sejarang Sukabumi yang
sebenarnya.
Tujuan saya selanjutnya adalah Gunung Sunda. Tempat kedua yang menyadarkan saya kalau penduduk sekitar adalah
penjaga sejati dari sebuah kekayaan daerah. Saat sampai lokasi, ada tulisan 'Save Gunung Sunda', yang ternyata di sana sedang ada eksploitasi penggalian
pasir oleh salah satu perusahaan. Dan warga menolak, entah bagaimana tindakan
eksploitasi tersebut terjadi.
Gunung Sunda terletak di Kampung Jambelaer, Desa Padaasih,
Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi. Untuk sejarahnya, dijamin akan panjang
sekali kalau saya tuliskan. Dan dengan berat hati saya berkata “Mungkin
kalian bisa tanya Mbah Google jika ingin tahu lebih lengkap tentang sejarah
gunung ini, yang katanya sudah ada sejak ribuan tahun lalu”. Karena di
tulisan ini saya ingin menceritakan tentang bagaimana bapernya saya saat
berkunjung, menguatkan langkah sambil tetawa, dan bersiap pamer foto kekinian
di Instagram.
Sebelumnya berbahagia karena
melihat pemandangan Sukabumi dari ketinggian sekitar 700 mdpl, saya diuji dulu.
Beneran
diuji, tapi saya suka! Ini yang sudah saya bayangkan dan berharap bisa saya
lakukan tiap minggu, olahraga. Tentu kalau mau ke puncak kita harus
berusaha, laksana hidup ini. Dan
untuk mencapai puncak kita harus menapaki anak tangga yang cukup membuat kita
berkeringat. Tapi jangan khawatir, warga di sana (dan hampir di semua tempat wisata) pintar dalam menentukan posisi
berjualan. Saya lelah tepat di depan
warung, atau, apakah itu sugesti? Bisa jadi.
Satu hal yang saya suka dari
perkembangan pariwisata adalah banyaknya warga sekitar yang bisa membuka lahan
kerja. Salah satunya di Gunung Sunda ini. Selain warung yang menjual minuman
dan makanan yang murah, ada juga kedai kopi yang kita temui saat menuju puncak
Gunung Sunda. Namanya Sunda Coffee. Bangunannya
sudah unik sekali, hampir semua ornamen dari bambu. Yang lebih menarik
lagi, “Mantanmu ada di dalam lagi ngopi...”
Haruskah saya buat layanan Go-Gendong? |
Kode Keras di Gunung Sunda! Seketika Baper.....
Gunung Sunda sebenarnya bukan
kategori ‘gunung pendakian banget’, dari ketinggiannya saja sudah terlihat, dan
kalau datang ke sini juga tak perlu menggunakan atau membawa peralatan gunung
yang ‘super’, kecuali kalau kalian mau berkemah. Setau saya bisa deh. Jujur, saya
lupa harga tiket masuknya, antara 5K-10K kalau tak salah. Saat itu saya
terlalu excited!
Saya menarik nafas dalam-dalam
dan langsung memulai langkah pertama. Fokus
saya saat itu adalah ingin cepat sampai di atas, menikmati keindahan dan
berfoto kemudian turun karena Sukabumi mulai panas, tapi adem anginnya tetap
juara. Seketika saya gagal fokus! ‘Sebatas
teman’, tulisan itu bisa saya baca dengan jelas meskipun ada aksara sunda
lama di bawahnya. “Apa cobaaaa”, komentar
saya sambil mengatur napas dekat warung, yang berujung jajan dulu. Haha.
“Mantanmu ada di dalam, lagi ngopi...”. Terlihat kembali tulisan
yang ngeselin, tapi saya bodo amat,
soalnya ada bangunan unik, dan spot foto yang ciamik. Sunda Coffee tadi yang saya maksud. Berbagai jenis kopi dan cemilan
cafe ada di sini. Untuk orang yang sering
ngopi di lindungan AC dan menikmati WiFi unlimeted sih harga yang ditawarkan
termasuki murah, hehe. Setelah selesai ngopi, saya memutuskan untuk
melanjutkan perjalanan. Yang saya rasa
perjalanan tadi itu belum setengahnya. Saya tambah kesel dan langsung
melangkah dengan sangat cepat keluar kedai ketika membaca “Jangan terlalu lama untuk menjomlo”. Bhay!
Selain 'sebatas teman', ada juga tulisan ini.... dan kawan-kawannya! jadi saya mohon kalian sabar ya membaca tulisan ini... |
Setelah melihat beberapa tulisan
ngeselin di papan menuju puncak, yang tak
ingin saya tuliskan semua karena sakitnya tuh di sini, saya langsung
buru-buru ingin cepat sampai di atas. Dan tak terasa, saya sudah sampai,
ternyata tak terlalu lama. Sudah banyak masyarakat sekitar yang berkunjung,
ramai sekali, dan banyak spot foto menarik plus view hamparan sawah nan hijau
khas Sukabumi yang memukau. Ditambah
angin yang berhembus sejuk banget.
Tak perlu menunggu lama, saya
juga langsung ambil posisi dan bersiap foto-foto. Saya suka sekali bagaimana penduduk
sekitar (mungkin) membuat spot-spot foto di sini sehingga meningkatkan daya
tarik. Tapi ingat ya, harus tetap
hati-hati, dan bergantian untuk fotonya jika melihat sudah ada orang lain
yang mengantri. Karena kebiasaan anak
sekarang, kalau ada spot foto bagus langsung di kuasai, haha.
Kalian bisa banget deh kalau mau bawa properti foto, asal yang wajar ajah... |
Apakah aku harus buat nikahan di Gunung Sunda? |
Cukup lama saya menunggu, dan
saat itu masih panas juga jadi saya biarkan kalau ada yang berfoto agak lama. “Ayo lanjut”, kata teman saya. “Lah, bukannya puncak ini” sahut saya. “Bukan, masih di depan, nanti ada batu”
sambil menujuk entah ke mana.
Saya pikir ini sudah puncaknya,
sudah ramai dan spot fotonya cukup banyak. Ternyata puncaknya masih agak di depan,
sebagai tandanya ada batu bertuliskan ‘wangsit’ dari orang yang pertama ke
Gunung ini. Seingat saya sih gitu deh,
dan saya juga kurang ngerti sama tulisannya. Tapi sepenglihatan saya,
puncak Gunung Sunda ini cukup luas, dan ada beberapa area juga untuk berkemah,
namun kita harus tetap melapor dan jangan sembarang melakukan kegiatan yang
melanggar norma. Okay.
Jadi, ini kata batu penanda gitu... |
Semakin Baper Saat Pulang Dari Gunung Sunda!
Banyak orang yang bilang, “Turun
gunung itu yang lebih capek, karena kaki harus menahan”, dan saya setuju
banget. Bahkan kalau kalian turun dari Gunung Sunda ini, bukan hanya kaki yang
menahan, tapi hati juga siap-siap nahan emosi.
Saat mengecek foto-foto yang saya
ambil di perjalanan Gunung Sunda, sebenarnya saya sedikit bingung, apakah itu
tulisan yang saya lihat saat naik ke puncak atau turun gunung, yang jelas tulisan-tulisan
itu ngeselin abis! Bikin ketawa dan juga bikin sadar. ‘Cuma kamu yang bisa buat aku kangen setengah mati’, untuk orang
seperti seperti saya mungkin kaan berkomentar, “Apa coba!”, tapi untuk
orang yang sedang jatuh cinta pasti berkomentar, “Aihhhhhhh”.
‘Si Mamah sudah bertanya kapan waktunya?’, nah kalau tulisan yang
ini pas deh buat pasangan yang satunya udah ngebet nikah. Di antara kalian ada? Bawa deh pasangan kalian ke sini, hehe. Tulisan
‘Tinggal nungguin hari H nya ajah...’
seketika membuat saya ketawa dan saling ejek sama teman. Hari H invoice cair maksudnya, haha. Dan untuk tulisan yang satu ini saya setuju
banget, ‘Dilarang memaksakan kehendak’.
Nah lo! |
Saya juga ketemu tulisan ‘Aku diam bukan sok tahu’. Ya, bener
banget! saya diam karena kecapean, dan pengen cepat-cepat sampai hotel buat
meluruskan kaki, mandi dengan air panas, kemudian bersantai sambil nonton TV
sekaligus makan. Untuk urusan Hotel di Sukabumi saya sarankan kalian pesan melalui PegiPegi saja, lagi banyak
banget promo di sana. Pengaplikasiannya juga gampang, tinggal pilih lokasi dan
tanggal, kemudian langsung keluar deretan hotel dari yang termurah hingga
termahal.
Agak ngeselin sih, tapi seru! dan bermanfaat banget untuk kesehatan dan
menjernihkan pikiran, plus foto-foto keren di sana. Intinya, Gunung Sunda
bisa jadi tempat wisata pilihan kalau kalian berkunjung ke Sukabumi. Menikmati indahnya Sukabumi dari ketinggian
sambil belajar dan memikirkan hubungan yang mau dibawa entah ke mana... cieeeeeee..
Bener juga nih! Aaminnnnn.... |
Pesan terakhir buat kaliaaaannn.... |
Jadi pengen buangeeet ke Gunung Sunda utk baca langsung semua pesan baper ituuu huahahahahaha.
ReplyDeleteHahaha ini mah judulnya perjalanan terbaper. Bisaaa gitu ya sepanjang jalan nemu tulisan lucu gitu. Trip untuk para millenials kek gini ternyata hahaha
ReplyDeletehehehe asik asik jozz, keceh euyy tempat wisatanya nih
ReplyDeletesebenarnya tanpa dibikin sama kayu warna warni, spot ini sudah cakep banget ya.
ReplyDeleteKain yang dipake aris, kayaknya aku kenal deh hehe. Sukabumi memang seru ya
ReplyDeleteBisa-bisa sepanjang perjalanan senyum-senyum terus melihat semua tulisannya. Baca di portingan ini aja udah bikin saya nyengir :D
ReplyDeletehhhaha, judulnya setip sudut ada note yang bikin ngakak atau bikin inget mantan ya kk
ReplyDelete