Pengalaman Nonton Langsung Asian Para Games 2018

Lebih dari rasa bangga. Kalau kalian baca cerita saya tentang Asian Games beberapa waktu lalu, rasa bangga adalah hal yang sangat saya rasakan di pesta olahraga terbesar Asia tersebut. Tapi ketika melihat langsung perayaan Asian Para Games 2018, rasa yang mungkin ‘seharusnya’ sederhana karena tiap manusia memiliki porsinya masing-masing seketika hadir. Rasa yang akan semakin bermakna jika kita tak membandingkannya dengan orang lain. Asian Para Games mengajarkan saya untuk sadar rasa syukur itu perlu, tapi dengan jelas, bukan rasa syukur soal kelebihan dan kekurangan, melainkan tekad dan pilihan hidup. Lanjut atau tidak.


   ABILITY, kata itu hadir dan dengan resmi membuka perhelatan pesta olahraga ‘lanjutan’ di Indonesia setelah menggantikan kata DISABILITY malam itu. Kalian wajib nonton di Youtube sih part pembukaan Asian Para Games 2018 ini, seru dan membanggakan banget, perasaan yang sama saya rasakan saat menyaksikan pembukaan Asian Games. Bangga!

Pesta olahraga lanjutan? Yap! Menurut saya, Asian Para Games adalah pesta olahraga lanjutan setelah Asian Games, yang tak perlu untuk dibanding-bandingkan, cukup dinikmati dan rasakan perubahan apa saja yang terjadi setelahnya. Jika ingin membandingkan sih boleh-boleh saja, tapi pasti lelah banget, seperti membandingkan kehidupan kita dengan kehidupan orang lain di media sosial, hehe

Pertama Kali Nonton Goalball!

Gaolball, menjadi pesta lanjutan yang saya pilih. Salah satu cabang olahraga yang dipertandingkan di Asian Para Games ini menyita perhatian saya. Nol besar, mungkin nilai saya untuk pengetahuan olahraga yang satu ini sebelum adanya Asian Para Games 2018, dan di hari H saya baru mencari infonya di Google agar tak pura-pura seru saat menontonnya. Cara mainnya simple, tapi persiapan atletnya luar biasa. Jadi, olahraga ini dimainkan oleh penyandang tunanetra yang menjaga gawang mereka agar tak kemasukan bola dari lawan dengan mengandalkan konsentrasi dan fokus pada indra pendengaran, plus gerak tubuh yang berhasil membuat dengkul saya sakit siang itu. Mereka beneran enggak tanggung-tanggung untuk membenturkan badan ke lantai, keren!



Cabang olahraga goalball
“Penonton dilarang berisik selama bola di dalam lapangan!, suara itu terdengar bersamaan dengan  pose-pose ajaib bak cat woman para atlet goalball yang langsung menyapa saya saat pertama kali menyaksikan pertandingan olahraga ini. Pertandingan dimulai, dan seketika, goalball di pikiran saya tak hanya olaharaga, melainkan latihan dan sindiran keras betapa kita perlu lebih banyak fokus mendengar dari pada melihat, khususnya di dunia ‘maya’ saat ini.

Ramai! sayang enggak terlalu besar tempatnya, hiks! padahal ini cabang ternyata seru banget!!!

Akhirnya masuk Velodrome!

Lanjut! Setelah nonton cabang olahraga goalball saya memutuskan untuk nonton balap sepeda di Velodrome, dengan pikiran dan hati yang lebih senang dari raga. “Akhirnya kesampean juga masuk Velo”, begitulah kira-kira hati ini berkata.


Pemandangan yang sangat memanjakan mata. Saya suka banget permainan warna yang ada di Velodrome Rawamangun, mulai dari sisi luar dan dalamnya, banyak banget spot foto yang pas untuk instagram, sayangnya saya harus bergegas karena sudah telat, pertandingan sudah dimulai. Tips sih, kalau mau nonton pertandingan seperti ini (entah kapan lagi yak) lebih baik naik angkutan umum agar tak ribet nyari parkir, hehe.


“Indonesia”, teriakan itu langsung terdengar bersamaan dengan gemuruh pukulan balon tangan, dan saya tak sabar menjadi bagian dari keseruan itu. Indonesia sedang bertanding memperebutkan mendali perunggu dan berhasil mendapatkannya dengan aksi yang sangat membanggakan! Beda 3 detik dari lawannya (saya lupa negara mana, pisss) dan itu pun terjadi di menit-menit terakhir karena sebelumnya Indonesia masih tertinggal. Sumpah! Tekad para atlet sepeda di hari itu sangat memberikan aura postif ke penonton, banyak banget anak kecil yang menonton dan bahagia banget menyaksikan kemenangan Indonesia.

Nonton Baket, Badminton, dan Renang!

Next day! Akhirnya main lagi ke GBK, hehe. Beneran enggak terasa kalau itu hari terakhir Asian Para Games 2018 karena besok sudah penutupan, ramai banget, bahkan beberapa tiket pertandingan sudah pada sold out. Sedih kenapa gak dari awal sih ramainya, haha.

Baket adalah pertandingan pertama yang saya saksikan siang itu. God! Jujur, saya lelah melihat para atlet bermain. Dan saya berterima kasih banget sama penemu kursi roda khusu yang jelas sangat mendukung mereka bermain olahraga yang satu ini. Seketika saya ingin bersorak meskipun bukan Indonesia yang bertanding.


Btw, saat berada di dalam hall basket saya melihat banyak kursi masih kosong namun informasi yang terlihat saat saya masuk, tiket sudah sold out, hal itu sih yang membuat saya bingung dan kzl! Seperti kasus parkir hari sebelumnya yang harus punya stiker di mobilnya, namun ketika di tanya dapat stikernya di mana, petugasnya jawabnya muter-muter. Hiks.


Lanjut nonton lagi! Dan setelah basket saya berkesempatan nonton badminton. Telat banget! karena kesalahan saya yang muter-muter di luar hall melihat ilalang-ilalang keren yang ada di sana, sempet foto-foto dulu pula, haha. Pas masuk, Indonesia sedang bertanding, dan beberapa menit kemudian langsung sujud syukur karena menang! Terharu banget sumpah moment tersebut, dan seperti biasa untuk cabang olahraga satu ini beneran full penontonya dengan teriakan INDONESIA keras terdengar.


Dan akhirnya saya kesampean lagi masuk ke tempat yang belum pernah saya kunjungi! Akuatik, setelah sebelumnya hanya puas melihat foto-foto di instagram, akhirnya saya bisa melihat secara langsung betapa birunya stadion renang GBK ini, meskipun sulit untuk foto di sudut-sudut incaran saya, hehe.


Menjadi penutup pesta inspirasi saya hari itu. Langit sudah gelap, Stadion Utama Gelora Bung Karno sudah mulai menampakan keindahan malamnya, lampu-lampunya penuh warna dan cantik, dan manusia semakin tumpah ruah. Rasa lelah hilang seketika. Indonesia Raya kembali bergema, Akuatik menjadi saksi bisu, dan saya menjadi bagian saksi hidup bendera merah putih berada di puncaknya. Beda tipis seperti balap sepeda kemarin, Syuci Indriani sedari awal memimpin, namun hampir disusul atlet negara lain. Sumpah deg-degan banget nontonnya. Dan alhamdulillah ia berhasil bertahan dan unggul kurang dari satu detik dari pesaingnya. Bangga akutuh!



Menjadi tuan rumah Asian Para Games 2018, mengharuskan kita punya perspektif baru akan konsep kekurangan-kelebihan, kalau membicarakan fisik? Saya, dan kalian mungkin, akan lebih ‘apalah’ dan tak bermanfaat jika dibandingkan dengan para atlet yang berhasil membawa Indonesia menjadi 5 besar, dengan total 132 medali di akhir perhelatan. Saat menonton para talet atlet berlaga, saya hanya butuh 5 detik untuk melihat ‘kekurangan’ mereka, kemudian selebihnya adalah waktu saya menyaksikan kelebihan mereka dibandingkan saya.

Bagi saya pribadi, Atlet Asian Para Games memperlihatkan saya bagaimana seseorang bisa melanjutkan kehidupan bahkan dari sisi 'terburuk dan rendah' yang dilihat orang lain, dan kemudian lebih sukses. Asian Para Games juga mengajarkan saya tentang rasa syukur yang seharusnya membuat kita bahagia menjalani hidup, bukan malah membandingkan tingkat rasa syukur yang kita capai. Menurut kalian?

2 comments