Jauh berbeda. Sangat jauh, tak
seperti yang saya alami 20 tahun lalu. Justru mereka seperti saya saat ini,
keinginan menyendiri yang lebih besar dari pada bersosialisasi. Entahlah, saya bingung harus iri atau
bersyukur ketika membicarakan masa kecil yang saya lalui jika membandingkannya
anak-anak zaman sekarang. Menurut
kalian?
"Mamah masih orang tua kamu”. Jujur saya kangen bentakan itu, atau omongan dengan nada tinggi yang
agak menekan. Tentu berbeda nadanya dengan yang Mba Zata ucapkan siang itu.
Ketika bertemu sosok Zata Ligouw pertama kali, dulu entah kapan saya lupa, saya pikir dia masih seumuran saya,
namun ternyata anaknya sudah tiga. Mom zaman
now banget jika melihat fashion dan kesehariannya di instagram.
Ini satu contoh hal yang saya suka ketika menjadi seorang
blogger, bertemu dengan banyak orang yang tak dibatasi umurnya, bahkan bisa jadi sangat dekat, meskipun
soal umur sering dijadikan joke ketika kumpul, hehe. Dan hal lainnya yang membuat saya ‘masih betah’ menjadi blogger adalah ketika berkesempatan
belajar hal-hal baru, seperti yang baru saya pelajari di Parenting
Talshow bertema Pengaruh Tempat
Tinggal Terhadap Tumbuh Kembang Anak, beberapa waktu lalu.
Memasuki umur 27 tahun di bulan
depan. Catet ya! Bulan depan, tanggal 29 Oktober. Tentu pernah
terlintas di pikiran saya tentang membangun keluarga, mempunyai anak, mengurusnya,
hingga drama ini-itu seperti di sinetron yang kadang terpaksa saya tonton dan kemudian
ketagihan. Kalian pernah enggak sih memikirkan hal tersebut? Anak 90an sih
rasanya pernah berada di posisi tersebut.
Ingin rasanya buka-bukaan, tapi mungkin nanti, kita akan bertemu
lagi.... satu pintaku jangan... (jangan nyanyi plisss). Berbicara
kehidupan saya saat ini, saya bangga. Kalau kalian lihat postingan instagram
@benzbara, Sabtu lalu, pembukaannya persis seperti kehidupan saya, yang
untungnya saya semakin bisa mengontrol dan merubahnya, dan semakin kalian resapi
postingannya maka semakin terlihat apa yang harus dilakukan. Postingan kedua di Instagram yang saya akan
selalu ingat, setelah postingan @ImanUsman tentang Apakah Kamu Bahagia, di Insta storiesnya.
Mungkin, Sudah Seharusnya Anak 90an Berkeluarga!
Saat ini, saya mencoba jauh dari
orang tua dengan ngekos. Saya butuh privasi, adalah hal yang mungkin terdengar
main-main, tapi benar adanya. Masa di mana saya bosan dan jenuh akan
kehidupan selama menjalani ‘hidup’ akhirnya datang, tepatnya setelah nenek saya
meninggal, dan saya memutuskan menjauh dan semakin jarang berbicara dengan
orang rumah. Mungkin, sesuai dengan yang disinggung oleh psikiater yang saya
temui pada parenting talkshow saat
itu, Mba Reynitta Poerwito, bahwa orang ‘bisa jadi’ memiliki karakter yang
berbeda di tiap tempat, misalnya anak-anak yang ceria di sekolahnya belum tentu
ceria juga di rumahnya. Dan saya mengakui
hal itu benar, bahkan saya pernah mengalaminya.
Katanya, ada orang yang bisa menyesuaikan
diri ketika berkumpul dengan banyak orang. Ada orang yang bisa menutupi
kesedihannya. Ada orang yang enggak bisa mengontrol emosinya. Ada orang yang
begini. Ada orang yang begitu. Menurut
kalian apa yang membuat berbeda? Takdir? Golongan Darah? Mungkin, tapi saya
rasa hal itu terjadi karena lingkungan. Tempat di mana semua terbentuk. Waktu
di mana karakter terbentuk. Makanya lingkungan punya peran besar dalam
pembentukan karakter, dan jika menyangkut anak-anak akan berdampak pada tumbuh
kembangnya.
Zata Ligouw |
Saat hadir di parenting Talkshow tersebut, saya merasa anak 90an memang
sudah sewajarnya berkeluarga, jika sudah siap lahir-batin tentunya, dan itu
bukan saya, haha. Yang menjadi tantangan anak 90an ketika punya keluarga,
atau bisa kita sebut keluarga muda adalah dalam pemilihan lingkungan tempat
tinggal. Apartemen pasti banyak dipilih karena banyak menawarkan kemudahan, tapi
ternyata kemudahan tak selamanya
menguntungkan, apalagi ketika membicarakan tumbuh kembang anak kecil.
Ketika berkeluarga, pasti menginginkan kebahagiaan semakin lengkap dengan hadirnya
buah hati dong, dan saya rasa memilih hunian yang tepat, dan ramah anak adalah
hal yang wajib dipikirkan dan dilakukan.
Ketika berada di lingkungan yang
baik, kesempatan menjadi baik tentu lebih besar karena pengaruh yang didapatkan
juga baik. Berbeda jika membicarakan
keadaan sebaliknya. Pola pikir orang dewasa berbeda dengan anak kecil,
ketika buah hati mulai tumbuh, mereka akan mulai aktif dalam berpikir dan
bertindak. Bukan kebanyakan mikir dan sedikit bertindak. Anak-anak sulit
fokus akan satu hal, dan serba ingin tahu, dan langsung menirunya, kemudian
bosan. Bayangkan jika tinggal di apartemen yang setiap saat pintu tetangganya
tertutup? Setiap hari melihat lorong yang lurus dan lampu redup terasa hampa?
Mau main ke taman harus nunggu pendamping? Atau jika bisa sendiri harus nunggu
lift yang lama? Saya rasa enggak ada orang tua yang baik membiarkan anaknya
berada di posisi tersebut.
Kan bisa bermain gedget? Mau
sampai kapan! Salah satu tugas orang tua adalah menciptakan dan menyediakan
lingkungan yang positif, tujuannya agar dapat menunjang perkembangan anak. Dan
semua itu akan lebih baik jika membiarkan anak bermain di luar ruangan, di alam
terbuka, agar motivasi, rasa percaya diri, dan sensor motoriknya berkembang
dengan semestinya. Dan, membiarkan anak melakukan hal yang ia mau juga dapat
meningkatkan kecerdasan. Karena faktanya, kecerdasan bukan hanya bakat, tapi bisa didesign dengam bantuan orang tua.
Reynitta Poerwito |
Ada 3 faktor penunjang kecedasan
anak dari orang tua, diantaranya
- Observasi yaitu mengamati kegiatan, dan memperkenalkan aktivitas yang dapat mengindentifikasi kecerdasan
- Simulasi, mengajak anak melakukan hal-hal yg memberikan kesempatan untuk melaukan kegaiatan yang disukai anak. Buat mereka melakukan sesuatu karena mereka mau, bukan karena orang tuanya mau. “Karena mendominasi keinginan anak adalah cara yang kuno”, tegas Mab Reynitta.
- Evaluasi, ketika kita mengamati, jangan lupa untuk mengevaluasi, kita lihat apakah yang kita berikan sudah tepat atau belum.
Ketiga hal tersebut bisa kita
lakukan di lingkungan sekitar, dalam dan
luar rumah. Karena, tugas orang tua
salah satunya adalah menciptakan lingkungan, seperti yang saya bilang tadi. Namun, orang tua enggak bisa mengontrol
dalam setiap kedaan terutama di luar ruangan, untuk itu orang tua butuh
solusinya, bisa jadi seperti yang diberikan oleh PT Timah (Persero) Tbk
dalam menghadirkan hunian yang ramah terhadap lingkungan anak. Familia Urban, kawasan landed house, atau rumah tapak yang diciptakan
dengan banyak keunggulan yang lebih dari sekedar akses namun menunjang tumbuh
kembang anak.
Familia Urban, Solusi Hunian Ramah Anak
Mengusung konsep Green Space,
kawasan seluas 176 Ha yang diberi nama Familia Urban ini nantinya akan banyak
memiliki area hijau yang multi fungsi, sebagai ‘jantung kota’ yang memberikan
udara baik di sekitar hunian, serta menjadi taman kota, bahkan hutan buatan.
Tak hanya tempat tinggal, bukan sekedar tempat berteduh, tapi Familia Urban
mengajak para penghuninya untuk kembali menikmati alam, bernafas dengan sadar ketika
udara masih bersih. Selain Green Space, Familia Urban juga mengusung konsep Walkable Neighbourhood, artinya akan
banyak akses pedestrian atau pejalan kaki yang memungkinkan keluarga muda atau
penghuni lainnya bisa melakukan banyak hal, dalam berjalan kaki, sambil
bersosialisasi dengan penghuni lainnya.
Saat ini, 10 % kawasan yang berada di wilayah bekasi ini
sudah dibangun, “100 unit sudah serah terima, 50
unit sudah dihuni. 300 unit sudah dilaku” kata Pak Teguh Suhanta,
selaku Manager Reality Familia Urban. Harganya
berapa sih? Harga mulai dari 380 juta, dengan banyak bonus yang diberikan
untuk saat ini, seperti DP hanya 5 %, bonus canopy dan AC, Free AJB+BBN+Biaya KPR,
dan spesial cashback.
“Ada banyak space 'kosong' yang
bisa dikreasikan”, tambah Pak Teguh. Tak hanya konsep dan ruang terbuka
saja yang ditawarkan, dari segi keamanan juga sangat diandalkan dengan
menghadirkan sistem keamanan, dan CCTV 24 jam. Oh iya, dari segi tata
kawasannya juga, Familia Urban mengkondisikannya dengan sangat baik, dengan
saluran irigasi yang terencana, serta menghadirkan 3 buah danau buatan sebagai
resapan air.
Sebagai hunian yang diyakini ramah
terhadap tumbuh kembang anak, Familia urban juga tak melupakan kemudahan akses
lokasinya, nantinya akan hadir 4 akses tol diantaranya Bekasi Barat, Bekasi
Timur, Tambun, dan Jati Asih. So, buat kalian keluarga muda atau anak
90an, udah kebayang belum bagaimana hunian yang tepat buat tumbuh kembang anak
nantinya? Bukan buat diri sendiri loh
ya...
Teguh Suhanta |
No comments