Awalnya saya pikir, tidak tahu
itu lebih baik. Tapi ternyata tak semua hal demikian. Silent killer, jika tak segera diketahui penyakit ini akan
membunuh secara perlahan. Seperti rindu yang selalu digambarkan membunuh secara
perlahan dalam lagu-lagu cinta. Ialah Hepatitis, yang berasal dari dua kata, hepar yang artinya
hati dan itis yang artinya radang, jadi hepatitis tak lain adalah peradangan pada hati, penyakit yang menyerang hati tapi bukan soal
perasaan, di mana mata kita melihat dia dengan yang lain, atau undangan nikah sang
mantan yang datang pagi hari, melainkan soal kesehatan. Penyebabnya? Ialah
virus hepatitis B.
Hepatitis virus terdiri dari
Hepatitis A, B, C, D, dan E. Dan kalian
tahu tidak, faktanya antara hepatitis yang satu dengan yang lain itu tak ada
kaitannya sama sekali. Namun semua sama-sama merugikan, apalagi Hepatitis B
yang hingga saat ini telah menginfeksi lebih dari 2 milyar orang di dunia, dan
240 juta diantaranya sudah masuk dalam tahap Hepatitis B Kronis. Dan tak bisa
disembuhkan. Semakin buruk ketika kita harus menerima kenyataan bahwa Indonesia
adalah negara dengan pengidap Hepatitis B nomor 2 terbesar setelah Myanmar, jika dibandingkan dengan negara-negara
anggota WHO SEAR (World Health Organization South East Asian Region), hiks.
Prinsip yang sama untuk semua penyakit. Jika sudah bergejala,
berarti sudah terlambat. Bahkan untuk Hepatitis B, perjuangan seorang penderita
bisa dibilang cukup sampai tahap tak kronis saja, karena menurut dr. Wiendra
Waworuntu, M.Kes selaku Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular
Langsung Kementrian Kesehatan, Hepatitis
tak bisa disembuhkan, dan penularannya
100 kali lebih beresiko daripada HIV AIDS. Waw!
Deteksi Dini Hepatitis, Selamatkan Generasi Penerus Bangsa, adalah
fokus nasional Kemenkes menyambut Hari Hepatitis Sedunia, yang diperingati
setiap tanggal 28 Juli, hari di mana
penemu virus tersebut lahir yaitu Barunch Samuel Bloomberg. Bertujuan untuk
lebih meningkatkan perhatian, kepedulian, dan pengetahuan berbagai pihak akan
besarnya masalah virus hepatitis ini, terutama Hepatitis B, makanya hari itu
terus diperingati.
Sejak 2016, Kemenkes sudah
melakukan deteksi dini Hepatitis B pada ibu hamil, diperkirakan mencapai
742.767 dan berhasil memproteksi 7.268 bayi terhadap ancaman penularan vertikal
dari Ibunya. Karena, hampir 95% penularan
Hepatitis B berasal dari kandungan. Secara umum penularan Hepatitis B, C,
dan D adalah sama yaitu kontak cairan tubuh. Seperti tranfusi darah, penggunaan
jarum suntik atau pisau cukur yang tidak aman, hubungan sex yang tak aman, dan
kontak dengan darah secara langsung. Sedangkan untuk Hepatitis A dan E melalui
kotoran mulut, seperti melalui makanan dan minuman secara bersamaan.
Hepatitis B jika tak terdeteksi
akan semakin berbahaya, bisa mengakibatkan kanker atau gagal hati. Rasanya pantas
istilah SILENT KILLER didapatnya, bisa stay
di tubuh kita tanpa gejala langsung dan menampakan gejalanya setelah menguasai,
yang artinya sudah TERLAMBAT untuk menyembuhkan, tingga menjaganya agar tak
naik level ke Kronis. Coba cek keadaan
tubuh kalian saat ini, apakah cepat lelah? Sering demam? Sering mual atau nyeri
perut? Dan nafsu makan berkurang? Jika ‘IYA’, segeralah melakukan
pemeriksaan darah. Setidaknya untuk
memastikan, apakah itu gejala biasa atau gejala yang tidak kita harapkan.
Jika melihat cara penularan Hepatitis B, tentu yang pertama kali harus
kita lakukan adalah menjaga kehidupan atau pergaulan kita se-sehat mungkin.
Menghindari faktor resiko adalah usaha terbaik saat ini, seperti tidak
menggnakan alat-alat pribadi (sikat gigi, pisau cukur, pemotong kuku)secara
bergantian, tidak melakukan tatto atau tindik dengan alat yang diragukan
stering atau tidaknya, tidak menggunakan jarum suntik secara bergantian
(apalagi saat menggunakan narkoba), dan tak menggunakan alat pengobatan
tradisional yang tidak steril seperti akupuntur atau alat bekam.
Sebenarnya, sadar atau tidak, sejak
dulu Kemenkes sudah melakukan berbagai tindakan pembantu pencegahan, seperti Imunisasi Aktif HB 0 yang harus
diberikan setelah bayi lahir (kurang dari 12 jam) karena imun masih rentan.
Setelah itu dilanjutkan pada 3 dosis di usia 2, 3, dan 4 bulan sesuai program Imunisasi Nasional. Jika hal tersebut ‘terlambat’
maka pencegahan masuk ke dalam tahap Imunisasi
Pasif, yang diberikan setelah terkontaminasi darah penderita pada bayi baru
lahir dari ibu yang menderita Hepatitis B. Kemudian ada juga Imunisasi
Dewasa yang dilakukan setelah tes laboratorium darah. Hepatitis menyerang saat imun
tubuh kita lemah, untuk itu selalu jaga kesehatan dengan hal kecil seperti GERMAS
adalah pilihan terbaik kita.
No comments