Musik dan telinga, entah
bagaimana hati bisa merasakan jika keduanya tak bertemu. Apa salahnya Menggila dengan musik? Saya bahkan gak peduli lingkungan
sekitar ketika mendengarkan musik yang saya suka. Atau mungkin itu cara saya
untuk gak peduli pandangan orang tentang saya. Seketika saya tuli akan
bisik mereka yang sok tahu, meskipun sudah sewajarnya manusia demikian. Yang
harus disadari kita semua punya pilihan, bahagia kita sendiri yang buat,
bersyukur yang kata orang membuat bahagia pun pilihan. Namun jangan samakan
dengan takdir, sesuatu yang sudah tuhan berikan kepada kita. You
Only Live Once, maka bahagia adalah tugas kita setelah kalian selesai
membaca tulisan ini.
Faktanya, banyak dari kita yang tak tahu, kurang peka, mau tahu, atau
bahkan gak peduli, tentang ajang yang satu ini. Asian Para Games, kalian tahu? Saya sendiri termasuk golongan orang
yang mau tahu, alias kepo, untungnya. Intinya, Asian Para Games adalah
pesta olahraga atlet penyandang
disabilitas se-Asia, seperti halnya
Asian Games namun atletnya lebih spesial. Dulu, hanya sebatas itu yang saya
tahu, tapi setelah hadir di acara Forum Komunikasi Asian Para Games 2018,
beberapa waktu lalu, saya sadar bahwa ‘irama’ ajang yang satu ini begitu sunyi,
perlahan, namun penuh kejutan.
"kegiatan sosialisasi Asian Games tidak boleh disatukan dengan
Asian Para Games, ini teguran dari komite Asian Games”, kata Pak Raja Sapta
Oktohari, ketua Asian Para Games 2018. Keduanya
harus fokus, mungkin itu yang saya tangkap dan harus kita pahami. Kurang
dari 35 hari lagi Asian Para Games pun aja menjalani test event. Pesta olahraga para difabel ini dipastikan akan
berlangsung pada 6 oktober hingga 13 oktober 2018, Indonesia untuk pertama
kalinya menjadi tuan rumah.
Raja Sapta Oktohari |
Bukan rahasia umum jika tantangan
yang terlihat untuk ajang ini besar banget, tapi banyak pihak yang bermain di
belakang layar dengan sangat cantik, perlahan namun pasti, karena sejatinya
ajang ini bukan hanya soal olahraga semata, tapi menjadi pembuktian bahwa
negara kita bisa ramah terhadap disabilitas. “Yang menarik adalah, buat kami
ini bukan sekedar kegiatan olahraga, bukan tentang menang atau kalah, tapi
lebih banyak pada misi kemanusiaan, bahwa Indonesia juga bisa menjadi negara
yang ramah difabel”, tutup Pak Raja.
NPC Asian Para Games 2018
“Saya bangga menjadi disabilitas”, kata Pak Yasin, perwakilian dari
NPC of Indonesia, membuka forum sore itu. Kalimat
pembuka yang menarik, tak salah jika gemuruh tepuk tangan seketika ramai
terdengar. Kalian tahu apa itu NPC? Atau baru dengar? Baru? Sama! Saya pun baru
dengar, hehe. NPC singkatan dari
Nasional Paralympic Committe, semacam KONI-nya Indonesia. Adalah satu-satunya organisasi olahraga prestasi bagi para
disabilitas/difabel/paralympian/peny. Cacat dan spesial di Indonesia.
Mendukung para penyandang
disabilitas adalah hal yang pasti kita lihat dari terbentuknya NPC pada tanggal
31 Oktober 1962, yang semula bernama Yayasan Pembinaan Olahraga Cacat (YPOC).
Tapi lebih dari itu, NPC sendiri merupakan organisasi yang mengembangkan dan
melaksanakan tugas dan fungsinya sesuai UU Sistem Keolahragaan No. 3 Tahun
2005, khusunya pasal 30.
‘Pembinaan dan pengembangan olahraga penyandang cacat dilaksanakan,
diarahkan, untuk meningkatkan kesehatan, rasa percaya diri, dan prestasi
olahraga. Melalui kegiatan penataran, pelatihan, kompetisi, yang berjenjang
& berkelanjutan pada tingkat daerah, nasional, maupun internasional.’
Peraga bahasa isyarat juga ada di acara tersebut, sehingga mereka yang tuli juga bisa memberikan saran dan kritiknya |
Oh iya, Pak Yasin dulunya atlet
loh, dan fase ‘putus asa’ pun pernah ia rasakan pada 1965. “Dulu saya sedih, putus asa karena keadaan cacat, tapi NPC menggodok
saya sehingga menjadi seperti ini”, ungkap mantan atlet renang sekaligus
tennis lapangan tersebut. Menjadi atlet disabilitas merupakan kebanggan
baginya, bahkan ia pun tak pernah menyangka bisa menginjakan kaki di 15 negara
di dunia kalau tak menjadi atlet difabel. Dan puncak kebanggaanya menjadi ‘orang
cacat’ adalah ketika menjadi bagian dari kebanggan Indonesia pada Olimpiade
Yunani 2004. Jujur, saya bangga banget
mendengar ceritanya kala itu.
Nama NPC sendiri sebenarnya baru
disah kan pada 30 Agustus 2010, setelah sebelumnya bernama YPOC, kemudian
berubah lagi menjadi BPOC (Badan Pembinaan Olahraga Cacat) pada 15 Desember
1993. Waw! Perjalanan yang cukup panjang,
namun pasti banyak yang gak tahu bahwa NPC ada, hiks. Dan sekarang, adalah
momentnya kita tahu lebih banyak lagi tentang NPC, tentang Asian Para Gmes 2018
yang baru pertama kali diadakan di Indonesia, bahkan di dunia pun baru 3 kali. Jalan
bagi kita untuk menyongsong Indonesia yang ramah akan difabel. Dalam dunia musik, NPC bak management yang
siap menghadirkan penyanyi-penyanyi bertalenta nan memukau.
Pelu kita ketahui, peran NPC tak
hanya dalam kemasan olahraga saja, tapi pembentukan atlet yang percaya diri,
karena menjadi disabilitas itu gak pernah mudah. Ini peran NPC yang wajib kita ketahui!
- Membina, membantu, mengembangkan, dan meningkatkan aktivitas keorganisasian 33 NPC Provinsi yang ada di Indonesia
- Mengembangkan SDM Keolahragaan Paralympic
- Meningkatkan kualitas dan kuantitas para atlet dan cabang olahraga
- Meningkatkan frekuensi penyelenggaraan kompetisi
- Mempertebal/meningkatkan rasa percaya diri dalam bermasyarakat
- Mengembangkan & meningkatkan prestasi atlet Indonesia agar go internasional
- Mencarikan lapangan kerja, PNS, Perumahan, hadiah dan bonus bagi atlet yang berprestasi.
Memahami dan Berpartisipasi Dalam Asian Para Games 2018
Total 3000 lebih atlet dari 43
negara siap bertanding dalam 18 cabang olahraga di Asian Para Games 2018,
diantaranya ada Para Athletic, Archery,
WC Fencing, Goal Ball, WC Tennis, Badminton, Tenpi Bowling, Table Tennis,
Lawnbowl, Para Swimming, WC Basket ball, Cycling, Volley Ball Sitting, Para
Powerlifting, Boccia, Chess, Judo, and Para Shooting. Dan Indonesia nampak
siap menjadi juara umum mengulang kesuksesan pada ajang Asean Para Games 2017
di Malaysia, tahun lalu. Amin.
"kita harus objektif, memandang permasalahan sesuai
proporsinya", salah satu kalimat yang saya suka pada perbincangan sore
itu, keluar dari mulut Pak Gufron selaku ketua PPDI sekaligus Deputi 2 Asian
Para Games Community. Yang bertanding memang para difabel, tapi kita yang ‘merasa’
normal juga bisa ikut terlibat dalam ajang yang satu ini dengan menjadi
volunter, seperti keterlibatan banyak orang pada event-event umumnya.
Pak Gufron saat memberikan penjelasannya |
Karena yang harus kita sadari, masalah
disabilitas bukanlah soal 'kekurangan' ataupun keterbatasan, melainkan masalah
lingkungan sekitar, cara kita memandang dan menganggap keberadaan mereka. Lingkungan yang inklusi adalah kunci kita
memahami dan berpartisipasi. Lingkungan yang membuat kita sadar untuk
saling menghargai danmerangkul dalam sebuah perbedaan, sebuah masyarakat yang
mampu menerima berbagai bentuk keberagaman dan perbedaan serta mengakomodasi ke
dalam tatanan maupun infrastruktur yang ada di masyarakat.
Untuk di Asian Para Games 2018
ini, kalian yang ingin menjadi volunteer bisa langusng mendaftarkan diri
melalui www.asianparagames.com/volunteer.
Dukung, rasakan iramanya, dan jadilah bagian dari bukti nyata bahwa Indonesia
siap menjadi negara yang ramah disabilitas.
No comments