Terbang Menembus Langit, film yang dipastikan tayang 19 April 2018
di bioskop tanah air ini adalah bentuk kontribusi Fajar Nugros untuk sebuah
perubahan di Indonesia. Diangkat dari kisah hidup life coach, Onggy Hianata, Fajar yang merangkap menjadi penulis
skenario terbilang tak main-main dalam menggarap film ini. Saya suka sekali bagaimana film
ini membawa saya terbang ke Kalimantan, berjuang di Surabaya, dan bersedih di
Jakarta. Tak banyak yang tahu tentang sosok yang diperankan Dion Wiyoko
dalam film Terbang Menembus langit ini. Ketika tahu, beliau berharap kita
mendapatkan inspirasi dan sadar betapa berharganya hidup ini. Value Your Life!
Mendengar Onggy Hianata Chunnardy bercerita tentang masa kecilnya yang
menyedihkan ibarat menelanjangi keluhan yang sering saya lakukan. Tak banyak
yang ia salahkan dari tempat lahirnya, Tarakan, 56 tahun silam, fokusnya hanya dirinya,
sepanjang cerita perjuangan hanya dirinya dan dirinya, persis seperti di film.
Sekilas terdengar egois, tapi baginya ‘mengenal diri sendiri’ adalah hal wajib
yang harus dilakukan untuk seseorang memulai perjuangan di hidupnya.
“Saya bukan motivator, bahkan saya gak suka memotivasi orang”, ujarnya
lantang menimbulkan banyak pertanyaan di pikiran saya. Menurutnya, sebuah
motivasi hanya bertahan paling lama 2 minggu, setelahnya hilang. Ia lebih suka sharing, bercerita tentang berbagai
peristiwa yang ia alami, dan ia berharap cerita tersebut menginspirasi sehingga
orang yang mendengarnya bercermin dan melakukan perubahan untuk dirinya
sendiri.
“Kamu gak capek apa gagal terus?”, saya ingat dialog medok Surabaya
yang diucapkan kakaknya, yang dalam film diperankan oleh Melisa Karim. “Demen banget gagal sih” komen saya saat
melihat kegagalan lagi dan lagi dalam film berdurasi 2 jam ini, pola yang sama
yang mungkin akan membuat ngantuk penonton, tapi faktanya itu lah yang dialami
pendiri pembinaan mental ‘VALUE YOUR
LIFE – A Life Changing Boothcamp’. Jika kalian bertanya mengapa beliau
seperti itu? Maka part awal film adalah jawabannya.
Onggy sadar, dirinya hanyalah
orang kampung yang merasa makan bersama kedua orangtua dan 8 saudaranya adalah
kebahagiaan yang tak ternilai. Masa kecilnya ia jadikan pondasi perjuangannya
melanjutkan hidup dari Sang Pencipta. Tak selamanya mulus, bahkan prinsip baik
hati orang kampung yang selalu percaya kepada orang lain sempat menjebaknya,
tapi masa kecil yang diajarkan ayahnya bukanlah mengeluh, tapi berjuang dan
melpaskan beban yang sudah terjadi. Jujur, awalnya saya gak akan percaya akan
hal itu, apa salahnya sih menyesal? Tapi bagi Onggy itu salah, menghabiskan
aura positif yang dimilikinya.
Onggy Hianata Chunnardy |
Kalian pernah dengar kalimat “Jangan tanya apa yang diberikan Indonesia
kepada kamu, tapi tanya apa yang kamu berikan untuk Indonesia” gak sih? Onggy
Hianata kembali mengingatkan saya tentang hal ini. Jika kalian menyaksikan film
Terbang Menembus Langit, 19 April 2018 mendatang, dijamin kalian akan mendapati
banyak dialog yang mengetuk rasa nasionalis sebagai bangsa Indonesia, Dion
terbilang tepat mendalami karakter pak Onggy, meskipun postur tubuhnya jelas
berbeda, hehe. “Kita Indonesia, keturunan Cina” tegasnya berdialog. Dan bukan
sekedar dialog dalam film, di dunia nyata, Onggy Hianata memang sangat berterim
kasih di lahirkan di Indonesia, kecintaannya membuatnya merasa harus pay back, sehingga lahirlah A
life Changing Bootcamp.
A Life Changing Bootcamp, 3 Hari Untuk Selamanya
Jujur, saya baru pertama kali
mendengar tentang pembinaan mental yang satu ini, dan langsung bangga, sangat
bangga. Eksekusi program ini pertama kali pada 14 Februari 2003, bertepatan
dengan hari kasih sayang, dan dasar yang digunakan hanya satu yaitu LOVE, rasa
kecintaan kita terhadap hidup. 15 tahun yang lalu hingga saat ini, program ini
sudah menjangkau 75 Negara di 5 Benua dan diadakan di Indonesia! Iya, kita tuan
rumahnya! Bangga gak tuh!!! Tak hanya sampai situ saja, bahakan bahasa yang
digunakan dalam changing bootcamp ini
adalah bahasa Indonesia, mereka yang dari luar menggunakan translator untuk mengerti bahasa kita.
“Camp ini tak pernah diiklankan”, jadi wajar jika banyak yang gak
tahu. Hanya dari mulut ke mulut, karena perubahan yang terjadi beneran dalam
hidup. A Life Changing Bootcamp tak berlindung dibalik bahasa marketing, karena
pendirinya sendiri sadar betapa ia kurang suka dengan motivasi, haha. Prinsipnya, jika semua orang ingin berarti mereka bisa. Bootcamp ini dirancang dengan simulasi yang sederhana,
semua orang bisa ikut bahkan orang yang buta hufur, buta, tuli, bisu, bahkan
ada perserta dari Singapore tak punya kaki dan tangan juga ikut, karena semua
orang pada dasarnya sama.
Pak Onggy bersama alumni bootcamp |
Kisah hidup Onggy sebagai
pendirilah yang menjadikan bootcamp ini mendunia, bahkan membawa Indonesia di
balik namanya. Membangun mental dengan kenangan indah masa kecilnya dan banyak
membaca adalah hal yang ia lakukan, makanya meskipun gagal terus-menerus dalam
berbisanis pada kisaran tahun 1992-1995, mentalnya tak jatuh. Baginya, bootcamp ini seperti babynya, yang harus ia besarkan
dengan penuh cinta.
A Life Changing Bootcamp ini
pernah menyelamatkan seseorang yang sudah sampai pada titik terendahnya loh,
bunuh diri, saya yakin banyak diatara kita yang pernah memikirkan hal ini untuk
menyelesaikan masalah. Bagi Pak Julianto, itu pernah menjadi pilihannya,
keinginannya untuk lompat dari kereta yang kemudian berhasil dikalahkan sosok
ibunya yang hadir saat ia menutup mata. Ia termenung, pulang dengan rasa malu.
“Kalau buka kita yang memuji diri
sendiri, lalu siapa yang memuji kita?” ujarnya membuka kesaksiannya
siang itu. “Saya tidak memiliki panutan
dalam hidup saya, sosok ayah telah pergi entah kemana” lanjut curhatnya.
Pada 2005, Pak Julianto memutuskan untuk ikut boothcamp, dan dirinya merasa beneran
diajak untuk terus hidup, “Hari terakhir, saya bisa memafkan ayah saya, jika
tidak ada dia maka tidak ada saya. Saya menjadi sosok yang tak boleh menghakimi”
tutupnya.
Di bootcamp, kita akan diajak untuk melihat beban dan melupakannya,
karena berjuang meneruskan hidup dengan beban tak akan berhasil. Harapan tidak
akan terlihat jika kita masih menyimpan beban, dendam masa lalu, atau berakting
seakan semua baik-baik saja. “Silahkan
berjuang tapi hilangkan dulu beban dalam hidup” tegas Pak Onggy. Pikiranmu
menentukan nasibmu, jika pikiran penuh dengan negatif maka hidup kita akan
negatif. 3 hari 2 malam, peserta bootcamp akan diajak untuk menyelami masa
lalunya dan melupakan hal buruk yang pernah dialaminya. Biayanya? 5,5 juta,
tanpa membawa apapun, cukup mambawa hati saja.
Perli kita sadari, semua berawal dari masa kecil, kita
berkontribusi memperbaiki kehidupan diri kita sendiri sebelum mengajak orang
lain, dan semua dimulai dengan memaafkan masa lalu. Setelahnya, kita bisa
berkontribusi untuk orang lain seperti yang Pak Onggy lakukan, bahkan seperti
sang sutradara Fajar Nugros lakukan melalui filmnya ini. Film yang fokus pada
kualitas, dan tujuan mengubah mindset orang-orang yang menontonnya, bagaimana
tantangan hidup harus dihadapi dan disadari bahwa itu nyata, bagaimana
menghilangkan mengeluh dan perbanyak aksi.
Sebenarnya, untuk bootcamp ini kita tak akan temukan ceritanya di film Terbang Menembus Langit ini, seperti yang saya sebutkan ini kisah perjuangan Pak Onggy sendiri, bagaimana beliau jatuh bangun, terus-menerus. Perubahan setiap scene dalam film terbilang cepat, 'sedikit' berbeda dari film Indonesia biasanya. Seperti biasa, Dion bermain sangat apik, sama seperti Laura Basuki yang membuat film ini semakin manis. Bahkan pemeran pendukung lainnya juga beneran dukung film ini menjadi kesatuan banget, diantaranya Baim Wong, Melisa Karim, Chew Kin Wah, Dayu Wijanto, Delon Thamrin, Ibnu Jamil, Indra Jegel, Mamat Alkatiri, dan Fajar Nugraha.
No comments