“Ih, lucu banget”, komentar itu terdengar ketika Mas Martin
menunjuk salah satu koleksi Museum Benteng Heritage. Beberapa pasang sepatu
berukuran sangat kecil, lucu nan menggemaskan, namun sayang kisah dibaliknya
tak selucu apa yang kami lihat. “Sepatu
ini digunakan pada umur 3 tahun hingga dewasa”, ujarnya menyambung komentar
tadi. Kalian tahu apa maksud masyarakat
Tionghoa melakukan hal itu? Sebagai ‘pengikat’ agar anak gadis mereka tak
kabur saat perjodohan. Miris, bahkan ketika Mas Martin menjabarkan jari mana
yang ditekuk kemudian diikat, saya berharap tak membayangkannya. Ketika
Republik Rakyat China (RRC) merdeka, budaya ini dihilangkan karena ‘menyiksa’
hak wanita. Setelah lama di masa lalu, saya bersiap kembali melihat Tangerang
di masa kini yang lebih menyegarkan.
Tangerang, kalau dari Depok tinggal
naik kereta commuterline sampai Stasiun Duri, terus nyambung jurusan Tangerang,
naik hingga mentok. Gampangkan! Tapi mau
ngapain di sana? Otak saya kembali memutar memori saat berkunjung ke
Tangerang cuma buat makan terus pulang lagi, makan SS pula, di Depok juga
adaaa. Meskipun rasanya beda, lebih enak
di sana. Tapi itu dulu, sekarang saya semakin senang jika ada orang yang
mau mengajak explore kota benteng ini (lagi), makan di Bebek Super Inarko pake
kecap SH dan nginep di Yellow Bee Hotel, saya
gak nolak, hehe. Bahkan saat ini Tangerang punya banyak tempat yang bikin
betah berlama-lama, mulai dari tempat menyendiri untuk berdamai dengan kesepian
hingga tertawa bersama keluarga. Tangerang
punya kalau kata saya.
Gerimis manis membuat suasana
kota tangerang semakin teduh, untungnya saya memiliki tekad kuat untuk
menjelajah Tangerang pagi itu sehingga suasana naik tingkat menjadi nyaman.
Saya sempat merasa kalau saat itu saya tak berada di Tangerang, lebih ke ‘Bandung-Bandungan’ gitu,
apalagi saat berkunjung ke taman-tamannya yang ‘tematik’, tapi beberapa tema
yang dipilih kota Tangerang bagi saya cukup menarik, bahkan ketika sampai di
lokasi eksekusinya membuahkan hasil yang menyenangkan. Sebenarnya ada 155 taman
di Tangerang, tapi gak mungkin dong saya singgahi semuanya seperti anggota
dinas pertamanan sidak, jadi saya datangi empat taman ajah, itupun jaraknya deket jadi gak perlu keluar
ongkos lagi, hehe.
Ruang Terbuka ‘Kekinian’ di Tangerang!
Taman Potret berada tepat di depan Tugu Jam Gede Jasa. Sesuai
namanya, taman ini banyak memiliki spot menarik untuk ‘potret’ diri sendiri
atau bersama-sama, dulu sih ‘katanya’ namanya taman selfie, tapi semenjak
banyak orang menemukan jodohnya jika keluar rumah (yaiyalah, emang mau
dijodohin?) maka selfie yang berarti foto diri sendiri pun lenyap, apalagi
sekarang kamera hape bisa muat banyak, wkwkw, becanda! Tapi beneran deh,
katanya dulu tuh namanya taman selfie, terus berubah jadi potret.
Taman ini deket banget sama Mall
Tangerang City, sebelahnya persis, di jalan Sudirman, Babakan, Tangerang. Ada
tulisannya kok gede banget ‘Taman Potret’ disertai sang penari lenggang di
belakangnya. Pertama kali ngeliat saya suka banget taman ini, warna merahnya
tuh bikin semangat buat foto, terus di belakangnya juga ada replika perahu
layar yang ciamik banget buat latar foto yang kekinian. Kalau mata kaki capek
berkeliling, mata juga bisa loh melihat warna hijau yang menyelimuti taman ini,
ada cukup banyak tempat duduk dan taman bermain untuk anak-anak. Dan yang gak
kalah penting, kalau kita menyebrangi jembatan merah melengkung yang ada di
sana kita akan menemukan pusat jajanan, kayak menemukan harta karun buat perut
lapar gitu deh.
Salah satu spot foto wajib kalau kalian ke Taman Potret |
Nyebrang dikit kita sudah ketemu
dengan taman lainnya yang dimiliki kota Tangerang, yaitiu Taman Cikokol, dan saya merasa taman ini pas banget buat kalian
yang merasa ‘sendiri’. Kenapa? karena saya sendiri? gak kok, saya pergi bareng
sahabat blogger lainnya, hehehe, tapi
jika datang sendiri saya pun tak akan kesepian. Di Taman ini ada beberapa hewan
yang dijamin bikin bahagia, kelinci salah satunya yang gak pernah sedih karena
selalu senang, buktinya lompat-lompat terus, haha. Satu kandang dengan kelinci juga ada ayam kalkun (kayaknya ayam kalkun deh, bimbang mode on)
yang mau dideketin lari terus, belum jodoh mungkin. Kemudian di sebelahnya juga
ada Taman Kupu-Kupu, semua taman GRATIS dan terbuka untuk umum loh, tapi jaga
kebersihan ya jangan lupa.
Ini yang pasti kalian temukan di Taman Cikokol, tapi jangan ganggu ya, nanti mereka stressss |
Nyebrang lagi, gak perlu naik
angkot atau ojol, kita sudah ketemu dengan Taman
Bambu yang awalnya saya pikir rumah makan sunda, wkwkw. Taman ini yang paling saya sukai, adem bener kayak slogan
pakaian dalam pria, terus di taman ini juga ada museum yang bikin kita tahu
jenis-jenis bambu gitu, saya baru tahu ada bambu yang namanya bambu nagin, mungkinkah terinspirasi dari Nagin, wanita
yang berubah jadi ular terus kalau ada musik joget? Eemmm.. Konsep bambu
menjadikan taman ini pas banget untuk bersantai, pas saya datang tak banyak
anak-anak yang berlarian, semua duduk tenang curhat dengan orangtuanya. Rasanya tepat deh jika bawa bantal ke taman
ini, hehehe.
Taman tematik kota Tangerang yang paling saya suka, kayak syuting doa-doa imsak gitu, wkwk |
Kemudian jalan dikit lagiii,
tepat di depan Tangerang City Mal kita akan ketemu dengan Gajah Hitam, duhh saya seperti di saluran TV mana gitu
baru ketemu Nagin terus ketemu Gajah, ckckckc. Taman Gajah Tunggal, pemberian dari PT. Gajah Tunggal, tamannya
unik karena terbuat dari ban (yang sepertinya bukan ban bekas deh). Dari
keempat taman yang saya kunjungi tadi, taman Gajah Tunggal yang paling ramai,
lebih luas dari yang lain dan lebih banyak permainan untuk anak-anak, makanya
lebih ramai, juga lokasinya yang tepat berada di pinggir sungai dan kalau sore
kayanya makin ramai karena pemandangan jembatan merah yang semakin cuantikkk. Dan kalau kalian ke sini jangan lupa duduk
di bangkunya ya, goyang-goyang gitu, seru deh.
Taman Gajah Tunggal, jadi cuma dia doang gajahnya, makanya kalau foto antri... |
Temukan Dirimu di Tangerang!
Eat. Pray. Love. Seperti cerita film Hollywood yang mungkin bisa saya
temukan di Tangerang. Setelah puas dengan jajanan di sekitar taman tadi atau di Pusat Kuliner Laksa yang berada di Jalan Muhammad Yamin, Babakan, Tangerang,
saya juga berkesempatan bertamu ke Pabrik Kecap SH yang merupakan ‘pemanis’
kota ini.
Pusat Kuliner Laksa, dan yang dijual tentu Laksa, ada ayam dan telur, pilih deh mau yang mana... |
SH, merupakan kepanjangan dari Siong Hin yang merupakan nama
keluarga pemilik perusahaan kecap bersejarah ini. Hingga saat ini sudah
generasi ke-4 yang melaksanakan bisnis kecap benteng ini, turun-temurun sejak
tahun 1920, seperti cerita di Museum
Benteng Heritage itu loh. Jika kita melancong ke Tangerang pasti ketemu
kecap ini, di rumah makan hingga tukang cilok pinggir jalan dikuasainya.
Rasanya gak bohong, bikin makanan makin gurih dan enak, “sangat cocok untuk makanan Indonesia” kalau kata Pak Dani,
pengelola pabrik kecap ini.
Pabriknya seperti gedung sekolah di film laskar pelangi, nampak
bersejarah bingits dengan pegawai yang mencapai 50 orang, warga asli
Tangerang, itu yang membuat saya senang dengan hadirnya kecap ini selain rasa
manisnya yang.....manis, dan tak menggunakan pengawet dalam pengelolaan di
pabrik tersebut. Kecap SH sendiri terbagi menjadi 2 jenis, warna orange yang
merupakan sari yang pertama dengan kualitas lebih bagus, dan warna merah dengan
kualitas bagus yang merupakan hasil dari sari kedua. Rasanya? Rasakan sendiri.
Pabrik Kecap SH, tapi gak sembarang orang loh boleh masuk ke situ, dan saya..... |
Explore Tangerang saat itu juga
membawa saya ke Masjid Jami Kali Pasir,
tempat ibadah yang sudah berumur di Tangerang. Yang unik adalah lokasinya yang
sebenarnya berada di pemukiman warga Tionghoa, deket banget sama Klenteng Boen
Tek Bio, dan di depan masjid banyak tukang jajajan (lagi) tentunya dengan kecap
SH yang membuat saya dan blogger lainnya wajib jajan sambil menikmati teduhnya
arus sungai Cisadane.
Selain Masjid Jami Kali Pasir,
Tangerang juga punya icon masjid lainnya yaitu Masjid Raya Al- A’Zhom yang
berada di jalan Satria Sudirman, Suka Asih, Tangerang. Memiliki lima kubah
dengan dominasi warna biru menjadikan masjid ini punya ‘nilai’ tersendiri, tapi
terlepas dari itu saat saya memasukinya saya merasa masjid ini mengajak saya untuk
menemukan dan mengenal Islam dalam diri saya lebih jauh lagi, pelajaran sewaktu
Madrasah Ibtidaiyah yang dulu saya pelajari seakan di evaluasi di sini. Galeri Islam yang ada di masjid ini seakan menyempurnakan fungsi rumah ibadah yang semestinya ada di masjid lainnya, banyak info menarik dan menambah wawasan banget kalau kalian masuk ke galeri ini. Untuk saya, ketenangan hadir ketika menginjakan kaki di Rumah ALLAH SWT ini.
Suasana luar masjid, jadi boleh 'santai' asal gak ganggu! |
Oh iya, Tangerang juga terbilang pintar loh
memanfaatkan keberadaan kali Cisadane, dengan membuat Cisadane Walk dan Flying
Deck Cisadane yang pas banget buat menikmati sore melihat sunset atau sekedar
berkumpul bersama sahabat, dan siapa tahu ketemu jodoh juga di sana, hehe. Saat malam datang, Flying Deck
Cisadane seakan tak mau kalah sama sinar rembulan, lampu-lampu cantik mulai menampakan
dirinya, indah deh. Tangerang masa kini pas banget deh buat mengisi liburan,
sekarang gak perlu jauh-jauh (banget) atau macet-macetan kalau mau suasana
liburan yang berbeda dari kota asal, naik aja commuterline ampe mentok Stasiun
Tangerang.
Tuh liat bagaiaman situasi di Flying Deck Cisadane, mau rame-rame, berdua, bahkan sendirian.....bisa! |
Wah baru tahu nih di Tanggerang ada Taman seperti ini.
ReplyDeleteDan taman nya asyik banget Mas untuk berlibur bersama keluarga ya.
pabrik kecap gak sembarang orang boleh masuk.. tapi kamu kan undangan.. masa gak boleh :p
ReplyDeleteAaahh.. entah kapan saya bisa main di Tangerang.
ReplyDeleteGirang banget ya cowok yang berbaju biru itu...
ReplyDeletewaaa tangerang mulai bebenah, nih.
ReplyDeleteeh btw ini tangerang kota apa tangerang selatan yak?
pusat kuliner laksa.. boleh juga tuh
ReplyDeletewaaa ada gw disitu
ReplyDeletewow tangerang apik bgt, baru tau.
ReplyDeletesepertinya kalau mudik ke Jakarta disempetin mampir kesana, terutama tamannya itu